Advertise Here!

WELCOME TO YOUR AND MY PERSPECTIVE!!

Welcome..and enjoy my blog. I hope you can be of our family because it's KAMPOENG!!

KAMPOENG is "village" at countryside in the meaning of Indonesian Languange.

Our Concept is "One Million Simple Small Act is Better Than One Big Complicated Act"

KAMPOENG

Wednesday, April 30, 2008

Lakshmi Mittal, The World's Steel King


Apabila anda tidak mengenal orang ini, maka lihat dan baca nama di background foto tersebut. Ya, Mittal, anda tidak salah baca, tetapi apabila anda masih belum mengenal bahkan mendengar nama tersebut, carilah di internet. Makanya sering-seringlah anda membuka Wikipedia atau Google, jangan membuka situs porno terus. Carilah majalah Forbes tahun 2005, dimana orang ini dinobatkan sebagai orang terkaya 
di planet ini, setelah dua pengusaha Amerika: Bill Gates dan Warren Buffet. Bisnisnya telah berada di keempat benua di bumi ini yang mengkhususkan diri pada satu bidang, produksi baja. Puncak karir orang ini diraih saat tahun 2006, dinobatkan sebagai produsen baja terbesar di dunia. Pada1 tahun kemudian, Maret 2007, kekayaannya ditaksir US$ 32 miliar (Rp 288 triliun-atau hampir separuh APBN Indonesia).

Lakshmi Nivas Mittal, nama lengkap dari subjek Biografi kali ini. Bagi kita, orang Indonesia mungkin asing mendengar nama ini. Tetapi bagi Lakhsmi Mittal, Indonesia sudah menjadi rumah kedua bagi dirinya. Rumahnya saat ini berada di London, tepatnya Kensington Palace Garden dengan nilai US$ 128 juta (Rp1,2 triliun) yang bertetangga dengan rumah orang-orang kaya dunia, seperti rumah Sultan Hasanal Bolkiah (Brunei) dan Raja Fahd (Arab Saudi). Jadi mungkinkah seorang yang luar biasa kaya ini, bahkan melebihi si "raja" baja Indonesia, Aburizal Bakrie, mempunyai kerendahan hati untuk mengakui Indonesia adalah rumahnya juga? Simak kisah hidup Lakshmi Mittal selengkapanya.

Perjalanan hidup Mittal diawali dengan tangisan bayi yang lahir di sebuah desa miskin yang bernama Sadulpur, di wilayah distrik Churu, negara bagian Rajasthan, kawasan bagian barat India. Nama byi itu adalah Lakshmi Nivas Mittal atau disebut juga Lakshmi Narayan Mittal. Kelahiran yang dicatat pada tanggal 15 Juni 1950 kelak akan menggegerkan dunia perekonomian global.

"Mereka tak punya pendapatan memadai," kata Sushil Kumar, 61, editor mingguan Sadulpur Times. "Mereka berebut membongkar apa yang disimpan ayah mereka untuk dimakan, karena mereka sangat miskin," kata Shankar Lal Saraogi, 78, paman Mittal, seperti dikutip Majalah Time, edisi 5 Februari 2006. "Mereka tidak berasal dari keluarga prestisius. Tapi keluarga yang sangat biasa."

Mittal kecil hidup dalam keluarga miskin, (perhatian-buat anak-anak muda Indonesia, lihat darimana Mittal berasal dan menjadi apa, kalian masih berani bilang hidup kalian sudah cukup hebat?) dengan jumlah kerabat sampai 
20. Mereka tinggal dalam satu rumah sederhana berlantaikan tanah, tidur di atas anyaman tali, dan masak memakaikan kayu bakar. Keluarga besar Mittal berasal dari Kasta Marwari Aggarwal. Kasta ini kebanyakan bekerja sebagai pedagang atau rentenir. Pada tahun 1969, Lakshmi Mittal menyelesaikan pendidikan tingginya di bidang bisnis 
dan akuntansi dari St. Xavier's College, sebuah universitas prestisius di Kolkata ( lihatlah, hai pemuda Indonesia, Mittal sukses karena fokus pada pendidikannya, yang mana sebuah institusi top di India). Sembari kuliah, Mittal membantu bisnis ayahnya. Dia menjalani perkuliahan mulai pukul 06.00-09.30, lalu membantu bisnis ayahnya secara part time (Busseet, hebat sekali kerja sambilannya, bandingkan kerja sambilan rata-rata mahasiswa Indonesia, jadi penjaga toko HP atau warnet). Selain cerdas, Mittal dikenal pekerja keras dan gila kerja (Workaholic).

Waktu itu, periode 1970-an, usaha ayahnya harus menghasilkan 20 ribu ton baja setahun. Volume produksi itu, kelak tiga dekade kemudian, hanyalah 0,03% dari volume produksi imperium bisnis Mittal yang mencapai 63 juta ton setahun, sebanding dengan 20% pasokan kebutuhan baja dunia.

Dalam pengamatan Mittal, iklim usaha di India pada awal 1970-an itu tidak kondusif. Pemerintah membenbankan pajak amat besar pada dunia usaha, sampai 97% (Heran, kemana lari itu uang ya,.....tanyalah pada daun-daun yang bergelantungan). Sementara kuota izin usaha baja swasta sangat dibatasi. Lalu bagaimana bisa Mittal mempunyai usaha baja yang besar saat ini dengan dinding yang begitu tinggi serta tebal, yang menghalangi jalannya itu?

Tahun 1976, di usia yang baru 26 tahun, Mittal memutuskan untuk merantau, seperti ayahnya dulu. Namun Lakshmi berpikiran jauh, melebihi ayahnya, melanglang buana lintas negara. Ia tidak berpikiran sempit. Dunia tidak selebar daun kelor (iya sih, tapi juga sepanjang tali kolor). Bersama istrinya, Usha, dan putra pertamanya, Aditya, yang belum genap berumur setahun, Mittal terbang meninggalkan negara yang amat dicintainya (besarnya cinta Mittal pada negaranya kelak tetap ditunjukkan meski sudah jadi konglomerat dunia). Tujuannya bukan ke Amerika Serikat, Inggris, atau Eropa, layaknya tujuan umum imigran India lain. Tapi menuju Surabaya, Indonesia!!! Mittal bersama keluarganya harus siap bersusah payah bersama di kelak kemudian hari untuk menghadapi sagalanya di negara yang asing nan jauh.

To be continued................(Episode biografi berikutnya: Mittal akhirnya mendirikan pabrik baja pertamanya di pinggiran Surabaya. Hanya tekad kuat, tanpa proteksi penguasa atau kolusi pejabat negara. Segala tekad, bekal pendidikan, dan teknologi sekadarnya, ia jadikan sebagai modal awal untuk menembus rimba usaha Indonesia di medio 70-an)

No comments:

BlogCatalog

Bloggers Unite Bloggers Unite